Cast: -Wu Yifan
a.k.a Kris
-Park
Jiyeon a.k.a Jiyeon
-Park
Chanyeol a.k.a Chanyeol
Genre: School, Romance, Angst.Words: 4,604 words.
Halooo!! Author kembali lagi loohh!!! Hehe. Author kembali
dengan ff bergenre angst. Maaf ya kalo typo dan banyak anunya/?. Daripada banyak bicit, langsung aja yaaaa. Check this
out!
***
Kau adalah yang
pertama, dan yang terakhir untukku. Dan masa depanmu, sangatlah berarti
untukku.
***
Seorang namja terlihat sendirian. Di kantin yang ramai, ia
memilih duduk sendiri bersama makanannya. Tampan, rupawan, dan juga berkharisma.
Di tengah-tengah acara makan sendirinya, “Bolehkan aku duduk dan makan disini?”
Tanya seorang yeoja tiba-tiba.
Namja itu pun mengangkat kepalanya. “Silakan, Ini tempat
umum.” Jawab namja itu lalu melanjutkan makan nya.
Yeoja itu pun duduk dan makan. Namja itu melirik kearah
yeoja yang tadi izin ke dia untuk duduk dihadapannya.
“Siapa kau? Anak kelas berapa?” Tanya namja itu.
“Aku? Aku Jiyeon. Park Jiyeon. Anak kelas 10-2..”
Namja itu mengangguk lalu melahap makanannya yang hampir
habis.
“Dan kau?” lanjut yeoja yang bernama Jiyeon itu.
“Aku Wuyifan Kris. Terserah kau mau memanggilku apa. Tapi
orang-orang memanggilku Kris. Aku dari kelas 12-1”
“Ooh.. jadi kau kakak kelas..” kata Jiyeon sambil
mengangguk.
“Iya, apa kau sudah selesai makan? Aku akan ke kelas.
Bukankah kelasmu dan kelasku bersebelahan?” Tanya Kris.
“Benarkah? Aku tidak tau itu. Sebentar! Makananku tinggal
sedikit!” dan Jiyeon pun melahap makanannya cepat hingga habis.
“Ayo” seru Jiyeon.
***
“Sudah sampai.. bye Kris sunbae.. sampai ketemu lagi..” kata
Jiyeon sambil masuk kelas.
“Ya!” teriak Kris.
“Apa? Kau memanggilku?” Tanya Jiyeon menoleh dan memasang
tampang polos.
“Kau! Jangan memanggilku dengan sebutan ‘sunbae’. Aku tidak
suka itu.” Jawab Kris sambil menunjuk muka Jiyeon.
Jiyeon melihat telunjuk Kris. Dia pun jadi juling/?. Segera
Jiyeon menggeleng cepat lalu menyingkirkan tangan Kris.
“Kau! Jangan menunjuk tepat di depan wajahku. Aku tidak suka
itu.” Jiyeon pun berlalu.
Sementara Kris memandang kesal punggung Jiyeon . Baru kali ini
dia diperlakukan seperti itu oleh adik kelas.
“Awas kau Park Jiyeon!!”
***
Park Jiyeon. Seorang yeoja dari kalangan biasa. Tidak kaya,
namun kebutuhannya tercukupi. Tidak pintar dan juga tidak bodoh. Sangat senang
dengan yang namanya makan. Yeoja berambut pendek yang seru, heboh, dan kadang
childish. Begitu kata orang-orang.
Dan yeoja itu sekarang ada di taman. Mendengarkan sebuah
lagu melalui headphone bergambar bintang pemberian seseorang.
Kris sedang berjalan santai di koridor. Tiba-tiba dia melihat
Jiyeon. Muncul niat jahil nya. Kris diam-diam mengambil tali lalu
mengendap-ngendap ke arah Jiyeon.
“Ada ulaaarrr!!!!!” teriak Kris sambil melempar tali itu.
Jiyeon yang sedang menikmati alunan music dari headphonenya
itu langsung terperanjat kaget dan naik ke atas bangku taman. “MANA?! MANA!!!”
Kris yang melihat Jiyeon seperti itu langsung tertawa
terbahak-bahak. “HAHAHA!! Kau takut ular ya? Hahaha!! Itu hanya tali.. aku
hanya bercanda.. ppfftt”
Jiyeon langsung memasang tampang badmood, lalu dia berkata,
“Tidak lucu.” Jiyeon pun duduk sambil mendengarkan lagu dari headphone nya
kembali.
Sementara Kris yang malu karna Jiyeon berbicara seperti itu,
hanya diam dan duduk dihadapan Jiyeon.
“Kau sedang mendengarkan lagu apa?” Tanya Kris.
Volume di headphone Jiyeon memang kecil. Jadi dia tau apa yang dikatakan Kris.
Jiyeon pun menjawab, “Teen Top, Missing you.”
“Kau sedang galau ya?”
“Sok tau”
“Jangan bohong kau..”
“Ngapain bohong..-__-‘”
Kris terdiam. Tidak tau harus berkata apa. Yang dia tau, dia
nyaman saat dia berdekatan dengan Jiyeon.
“Hey! Mikirin apa kau? Pasti mikirin aku ya?” Tanya Jiyeon,
bercanda.
Kris yang ditanya begitu langsung berdiri. “Mikirin kamu?
Aduh!! Sakit perutku. Aku mau ke toilet.” Kata Kris sambil memegang perutnya lalu
pergi. Sejujurnya Kris tidak sakit perut. Dia hanya kikuk karna Jiyeon berhasil
menebak apa yang dipikirkannya.
Sementara Jiyeon.. “Kenapa sih dia?! Aku kan Cuma
bercandaaa~~~ yah.. sepi lagi deh.”
***
Keesokan harinya
Terlihat
Jiyeon sedang berlari-lari kecil di sepanjang koridor yang sepi. Pukul 07.00.
Dia suka udara pagi ketika di sekolah.
Tiba-tiba…
*BRUK!!*
“Aww! Assh.. perih..” ringis Jiyeon. Dia terjatuh sendiri.
“Lututku.. Aish..” rutuk Jiyeon.
“Hey! Jiyeon! Sedang apa kau disitu? Duduk itu di bangku..
Jangan di lantai koridor.. Mau ngemis ya?”
Suara namja itu.. pasti Kris! Pikir Jiyeon.
“Ya! Aku terjatuh!” seru Jiyeon sambil memegang lutut nya.
“Naik ke punggungku.” Perintah Kris berjongkok di depan
Jiyeon.
“Mwo? Mau kau apakan aku?” Tanya Jiyeon berburuk sangka.
“Heyy. Aku hanya mau membawa mu ke UKS. Sekarang cepat
naik.”
“Iya iyaa. Aku naik!” Jiyeon pun naik ke atas punggung Kris.
Kris pun berdiri lalu berjalan ke arah UKS. Tanpa Jiyeon
sadari, bibir Kris perlahan membentuk lengkungan. Yaitu senyuman.
***
Sesampainya di UKS. Kris mendudukkan Jiyeon ke atas kasur
UKS. Lalu dengan sigap Kris mengambil kotak P3K. Diambilnya obat merah dan
kapas.
Lalu dia mengambil kursi dan duduk di depan Jiyeon. Ketika Kris mau menaruhkan obat merah itu..
“pelan-pelan..” kata Jiyeon.
Kris mengangguk. Ditaruhnya obat merah di lutut Jiyeon.
“Aww sakitt!!! Pelan-pelaan!!” omel Jiyeon.
“Ini sudah pelaaaan!! Dasar cerewet.” Kata Kris.
“Apa kau bilang?”
“Aku bilang kau cere…..wet” mata mereka bertemu.
Hati mereka satu sama lain mulai berdesir. Kris memajukan
wajahnya ke wajah Jiyeon. Jiyeon terpejam. Ketika jarak wajah dan bibir mereka
tinggal 3cm lagi, Jiyeon teringat sesuatu dan cepat-cepat menggeleng. Jiyeon
segera membuka matanya lalu mendorong pelan pundak Kris.
Kris yang tau dia telah gagal mencium Jiyeon langsung salah
tingkah.
“Ya. Lututku sakit!! Kau menindihnya!!” seru Jiyeon. Alasan
semata.
“Ah. Mian mianhae” Kata Kris. “Aku obati sekali lagi ne.”
***
Semakin hari, mereka semakin dekat. Seperti sepasang kekasih.
Tapi mereka tidak berpacaran. Hanya saja dimana ada Jiyeon, disitu ada Kris.
Begitupun sebaliknya. Kadang mereka kejar-kejaran di tengah lapangan. Sering
juga mereka bertengkar. Begitulah Kris Jiyeon.
***
Jiyeon di kelas. Sedang mengobrol bersama Jieun.
“Jiyeon-ah! Kau tau Park Chanyeol dari kelas 10-1 kan?”
“Ya jelas tau lah!! Ada apa?” Tanya Jiyeon.
“Aaah.. Ini surprise kau nanti akan mengetahuinya..” Jieun
tersenyum jahil.
“Kau ini..”
“Hey!! Park Jiyeon! Dipanggil Kris sunbaenim. Katanya kamu
di tunggu di taman.” Teriak Sungjong dari depan pintu.
“Iya!! Aku akan kesana.” Jawab Jiyeon setengah berteriak.
“Jieun-ah. Aku pergi dulu ne!”
“Ne, Jiyeon-ah!” jawab Jieun sambil tersenyum.
***
Di taman
Kris memegang 2 kotak makanan. Rencananya dia ingin makan berdua
dengan Jiyeon. Sekalian dia ingin mengatakan sesuatu padanya.
“Ada apa” suara Jiyeon tiba-tiba terdengar disamping Kris.
Kris terkejut.
“Ya! Sebaiknya kau ucapkan lah salam dulu kepada kakak kelas
mu yang tampan ini..”
“Iya sudah terserah kau” kata Jiyeon malas.
Kris mengambil satu kotak makanan, dan memberinya kepada
Jiyeon, “Untukmu”
“Benarkah? Kau baik sekali!!”
Jiyeon mendongak ke
Kris. Bermaksud untuk mengucapkan terima kasih. Namun ketika dia mendongak, ada
sesuatu yang aneh disana. Di belakang Kris. Sekitar jarak 3 meter dari Kris.
Seorang namja berdiri memasang senyum menawan ke arahnya. Jiyeon terkejut,
“Chanyeol..”
Melihat ekspresi Jiyeon seperti itu, Kris menoleh ke
belakang.
“Chanyeol? Kau kah itu?” Tanya Jiyeon pada namja itu.
Kris sedikit bingung. Apa hubungan Jiyeon dengan namja itu.
Dan melihat ekspresi Jiyeon dengan mata berkaca-kaca.
“Iya. Ini aku, sayang. Aku kembali.” Kata namja itu.
Deg! Sayang? Pikiran Kris sekarang berkecamuk. Dilihatnya
Jiyeon menaruh kotak makan itu. Lalu berlari ke arah namja yang bernama
Chanyeol itu.
Jiyeon langsung memeluk erat Chanyeol. “Aku merindukanmu..”
bisik Jiyeon menangis haru.
Kris melihat kejadian itu. Hatinya serasa hancur
berkeping-keping.
“Aku juga merindukanmu Park Jiyeon.. Sangat..” dilihatnya
Chanyeol mencium puncak kepala Jiyeon.
Seakan dunia milik mereka. Jiyeon tersadar kalau ada Kris
selama ini. Dia melepaskan pelukannya, dan mengajak Chanyeol untuk berkenalan.
Chanyeol orang yang cukup ramah.
“Kris, kenalkan ini namjacinguku. Park Chanyeol. Dia habis
pulang dari Jepang. Chanyeol, kenalkan ini Kris kakak kelas yang paling akrab
sama aku. Dia cukup baik.” Seru Jiyeon semangat.
Chanyeol mengulurkan tangan nya sambil tersenyum. “Park
Chanyeol”
Kris membalas uluran tangan Chanyeol sambil tersenyum kecut,
“Wuyifan, Kris”. Mereka pun melepas uluran tangan mereka.
“Jiyeon-ah! Ayo kita berkeliling sekolah ini. Kau tau kan
aku sudah lama tidak masuk?” Tanya Chanyeol.
“Oke!” jawab Jiyeon. “Kris! Aku keliling sekolah dulu ya.
Sampai ketemu.” Jiyeon merangkul lengan Chanyeol. Lalu berjalan riang bersama
Chanyeol.
Kris melihat mereka dan tersenyum kecut, “Park Jiyeon,
ternyata kau sudah punya namjacingu. Kau licik. Telah membiarkanku mengukir
nama mu di hatiku, lalu pergi begitu saja.” Ini sakit..
***
Keesokan harinya
Terlihat 2 orang di atap sekolah. Namja dan Yeoja.
“Park Jiyeon!!! SARANGHAE!!!” teriak namja itu.
“Park Chanyeol!!! NADO SARANGHAE!! HAHAHA..” teriak Jiyeon
sambil tertawa.
“Jiyeon-ah. Sudah lama kita tidak melakukan ini. Ini sangat
lucu. Hahaha!!” kata Chanyeol diselingi tawa bahagia.
“Ne! Aku senang melakukan ini lagi!” Jawab Jiyeon sambil
memperbaiki letak headphone di lehernya.
“Ya!! Apakah itu headphone pemberian ku?” Tanya Chanyeol
menunjuk headphone Jiyeon.
“Ini? Memang.” Jawab Jiyeon.
“Katanya kau tak mau memakainya?” Tanya Chanyeol. Lagi.
“Kapan aku bilang begitu?” kening Jiyeon berkerut.
“Waktu aku mau pergi ke Jepang. Aku memberikanmu headphone
ini. Lalu kau bilang kau tak akan memakainya jika aku tetap pergi ke Jepang.”
“Aaah.. itu.. euumm.. aku hanya memakainya ketika aku mulai
merindukanmu.. hehe..” cengir Jiyeon.
“Kau ini..” Chanyeol memeluk Jiyeon. Lama. “Entah kenapa aku
suka sekali memelukmu.” Lanjut Chanyeol.
“Itu karna kau terlalu sayang padaku.. haha..” kata Jiyeon
bercanda.
“Kau ini.. tak ada perubahan. Tetap percaya diri seperti
dulu. Tapi.. pernyataan mu yang itu memang benar.. bahwa aku sangat menyayangi mu.” Kata Chanyeol mencium rambut Jiyeon.
***
Jiyeon dan Chanyeol bergandengan tangan sepanjang koridor
sekolah. Mereka terlihat sangat bahagia. Sampai saat mereka tiba di kelas 10-2,
kelas Jiyeon.
“Jiyeon-ah! Hwaiting!” seru Chanyeol sambil mengepalkan
tangannya ke atas.
“Chanyeol-ah! Kau juga! Hihi” tawa Jiyeon. Jiyeon pun masuk
kelas.
Sekarang, jam pelajaran Chanyeol sedang kosong. Dia pun
berniat untuk jalan-jalan keliling sekolah. “Haah.. seandainya ada Jiyeon..”
gumam Chanyeol.
“Park Chanyeol! Tolong kesini sebentar!” teriak seseorang
memanggil.
Chanyeol menoleh. Dilihatnya Kim songsaenim —guru olahraga—sedang melipatkan kedua tangan. Bersama seorang namja.
Chanyeol menghampiri dengan wajahnya yang teduh.
“Ada apa songsaenim?” Tanya Chanyeol.
“Bisakah tolong bantu saya membawa bola basket ke lapangan bersama Kris? Saya akan keluar sebentar.
Ada urusan.”
“Oh. Ne, songsaenim.” Jawab Chanyeol.
Songsaenim pun pergi.
Dilihatnya Kris sedang memegang 2 bola basket.
“Hyung, mana bola yang lainnya?” Tanya Chanyeol ramah.
“Ayo ikuti aku. Kita ke gudang.” Jawab Kris tersenyum ramah.
Kris melangkahkan kaki santai diikuti oleh Chanyeol yang
mensejajarkan langkah mereka.
“Chanyeol.” Panggil Kris pelan. Namun masih bisa didengar Chanyeol.
“Ne hyung?”
“Sejak kapan kau berpacaran dengan Jiyeon?” Tanya Kris.
“Eum.. sejak kelas 2 smp.”
‘Mereka sudah lama berpacaran.’ Kata Kris dalam hati.
“Ada apa memang hyung?” Tanya Chanyeol.
“Kau beruntung memiliki Jiyeon.” Jawab Kris dengan tatapan
kosong berjalan ke depan.
“Waah hyung! Aku bukannya beruntung. Tapi sangat beruntung
memilikinya. Bagiku dia baik, sabar, lucu. Aku menyanyangi nya apa adanya.”
seru Chanyeol semangat.
Kris hanya membalas dengan senyum kecut.
“Nah kita sudah sampai. Pegang ini.” Kata Kris sambil
menyerahkan dua bola basket yang dipegangnya sedari tadi. “Aku akan mengambil
basket-basket lainnya menggunakan trolly. Kau hanya mengantar dua bola basket
ini ke lapangan.”
“Apa tidak perlu bantuan lain? Hanya ini yang harus
kulakukan?” Tanya Chanyeol bingung.
“Ne. Hanya itu.” Jawab Kris dingin.
“Baiklah.”
***
Jiyeon sedang berada di taman. Seperti biasa. Dia sedang
mendengarkan lagu melalui headphone pemberian Chanyeol. Dia mendengarkan lagu
Baby Don’t Cry yang Chanyeol tulis khusus untuknya. Dia sangatlah mencintai
Chanyeol sama seperti Chanyeol mencintai dirinya.
“Hei. Sedang apa kau?” Tanya Kris mengagetkan Jiyeon.
“Ya.. kau merusak suasana saja.” kaget Jiyeon.
“Yaelah, Ji. Aku kan Cuma nanya.” Kata Kris.
“Iya sudah terserah kamu ge.” balas Jiyeon.
“Ge? Sejak kapan kau memanggilku ‘gege’?”
“Sejak aku tau kau berasal dari China.” Jawab Jiyeon santai.
“Aku mau menceritakan sesuatu.” Lanjut Jiyeon.
“Apa? Cerita saja.”
“Aku.. entah kenapa sejujurnya aku tak pede berpacaran
dengan Chanyeol. Dia tampan, kaya, pintar, tinggi, dan lain lain. Aku merasa
tidak pantas disampingnya.” Kata Jiyeon dengan raut wajah sedih.
“Aku ingin putus dengannya. Tapi aku sudah terlanjur sangat
mencintainya.” Lanjut Jiyeon.
Kris yang mendengar curhatan Jiyeon hanya bisa memandang
Jiyeon dengan tatapan datar. Namun hatinya hancur.
“Pertahankan hubunganmu dengan dia. Dia kelihatan sangat
mencintaimu. Dia tak memandangmu dari kecantikan, kekayaan, atau bahkan
ketinggian. Dia mencintaimu apa adanya.” ‘sama seperti aku mencintaimu. Tidak.
Bahkan aku yakin cintaku untukmu lebih besar darinya’ lanjut Kris dalam hati.
“Aku.. tidak pede untuk bersamanya..” kata Jiyeon.
“Buang rasa ketidakpercayaan dirimu tentang itu! Aku muak
dengan semua itu!” sahut Chanyeol setengah berteriak dari belakang.
“Chanyeol..” gumam Jiyeon.
“Ikut aku.” Ucap Chanyeol datar menarik lengan Jiyeon.
“Regangkan tanganmu sedikit, Chanyeol.. Ini sakit..” kata
Jiyeon pelan.
Chanyeol pun merenggangkan sedikit tarikannya pada lengan
Jiyeon. Chanyeol terlihat menuju atap sekolah.
Kris hanya melihat dengan tatapan marah sambil bergumam, “Kau akan mati jika terjadi sesuatu pada Jiyeon ku, Chanyeol-ssi.”
***
Chanyeol melepaskan cengraman pada lengan Jiyeon.
“Jiyeon! Sudah kubilang! Kau terlalu merendah! Jangan
seperti itu!” teriak Chanyeol.
“Banyak yeoja yang pantas denganmu. Yeoja kaya, cantik,
seksi, dan lain lain.. tapi kenapa kau memilih yeoja miskin dan bodoh seperti
ku??” tangis Jiyeon.
“Jiyeon.. kau kenapa.. menangis..” Tanya Chanyeol dengan
suara merendah.
“Aku takut..” terlihat Jiyeon mengusap airmatanya.
“Jangan takut.” Chanyeol langsung memeluk tubuh Jiyeon. “Aku
mencintaimu apa adanya. Tidak memandang kelebihan atau kekuranganmu. Aku sayang
kamu. Itu yang kutau. Jangan merendah lagi.”
Chanyeol melepas pelukan mereka.
“Jiyeon. Tatap mataku.”
Jiyeon menggeleng.
“Jiyeon. Tatap mataku.” Ulang Chanyeol.
Jiyeon pun menatap Chanyeol. Ada tatapan kesedihan disana.
Kesedihan tak ingin berpisah.
Wajah Chanyeol mendekat ke wajah Jiyeon. Jiyeon memejamkan
mata. Dirasakan hembusan nafas Chanyeol. Chanyeol memiringkan kepalanya, lalu
ikut memejamkan mata. Lalu..
Cup~
Bibir mereka bersentuhan.
Chanyeol melumat lembut bibir Jiyeon.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata melihat mereka
tengah berciuman.
Seorang namja. Dengan tatapan sedih.
Ya, siapa lagi kalau bukan Kris. Pupus harapan nya untuk
memiliki Jiyeon.
***
“Jiyeon-ah!” panggil Kris.
“Hei, ada apa?” Tanya Jiyeon.
“Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?”
“Untuk apa?”
“Hanya mengoleksi.”
“Aish.. kau ini.. alasan macam apa itu. Katakan sejujurnya.”
“Apakah tidak boleh meminta nomor adik.. kelas sendiri?”
“Iya sih.” Jiyeon mengambil pulpen dan kertas lalu mencatat
nomor ponselnya.
“Ini, ge.”
“Terima kasih” kata Kris sambil tersenyum lalu pergi.
“Walaupun aku tidak menjadi namja atau lebih tepatnya orang
yang kau cintai, tapi aku akan menjadi orang yang selalu melindungi mu.” Gumam
Kris sambil melihat nomor ponsel Jiyeon. Dan sedikit terdengar oleh Jiyeon.
***
Malam Hari
*Melalui Telepon*
“Chanyeol! Kau sedang apa?” Tanya Jiyeon.
“Aku sedang.. Menurutmu aku sedang apa” Tanya Chanyeol
diseberang sana.
“Sedang.. tiduran?”
“Benar. Kalau kau?”
“Aku sedang bosan”
“Kenapa bosan?” Tanya Chanyeol.
“Gatau.. mungkin karna besok minggu..” Jawab Jiyeon.
“Memangnya kenapa kalau minggu? Kan libur..”
“Aku tidak bisa bertemu kau..”
“Hei.. hei.. besok aku jemput ne? anggap ini kencan pertama
kita saat aku baru datang dari Jepang J”
“Jam berapa?” Tanya Jiyeon.
“Jam.. 9 pagi? Kau bisa?”
“Okay.”
“Jiyeon-ah. Aku tidur duluan ya.. mau bangun pagi besok.
Hehe”
“Sip. Aku juga.”
“Love you, Jiyeonnie!!”
“Love you too, Channie!!”
-tut tut tut-
“Haah.. senangnya aku memilikimu. Aku harap kita berjodoh,
Chanyeol. Hehe”
Ketika Jiyeon ingin meletakkan ponselnya di atas meja,
tiba-tiba ada sms dari nomor tak dikenal.
Jiyeon, aku kris, ini nomor ku.
“Kris gege?” gumam Jiyeon.
Jiyeon POV
Kris gege? Aku mendapat sms dari Kris gege. Sungguh aku
senang. Aku menyukainya. Bahkan meyanyanginya. Sebagai kakak.
Dari dulu aku memang ingin sekali mempunyai kakak. Sampai
aku bertemu dengan Kris. Dia baik, walaupun kadang dia usil. Haha.
Aku akan membalas pesan dari Kris gege yang terlebih dahulu
aku menyimpan nomornya.
To: Kris gege
Ne.. aku sudah
menyimpan nya, ge.
Segera aku tidur setelah membalas pesan darinya. Besok aku ada
janji dengan Chanyeol. Senangnya..
Jiyeon POV END
***
Keesokan harinya, Jiyeon membuka ponselnya setelah bangun
tidur. Barangkali ada telpon atau sms dari Chanyeol mungkin?
Setelah Jiyeon membuka ponselnya, dia melihat 2 pesan masuk
dari Kris.
Pesan pertama:
21.04 –Jiyeon-ah.
Apakah besok kau ada janji?
Pesan kedua:
23.10 –Rupanya kau
sudah tidur. Selamat tidur, Jiyeon.
Segera Jiyeon membalas pesan Kris.
Kris ge, selamat pagi. Maaf aku ketiduran. Aku hari ini ada janji dengan Chanyeol. Kencan pertama ku saat yeol pulang dari Jepang^^ hehe.
Lalu Jiyeon melihat jam. Pukul 06.15. Kurang dari 3 jam lagi.
Jiyeon pun segera bergegas ke kamar mandi.
***
Kris sedang jalan-jalan pagi di sekitar kompleks rumah nya.
Tiba-tiba..
*drrrt.. drrrt.,* ponsel Kris bergetar.
Kris pun membuka ponselnya. ‘Dari Jiyeon?’ pikirnya.
From: Jiyeon-ah
Kris ge, selamat pagi. Maaf aku ketiduran. Aku hari ini ada janji
dengan Chanyeol. Kencan pertama ku saat yeol pulang dari Jepang^^ hehe.
“Chanyeol lagi? Haha. Tidak bisa kah kau tidak menulis
namanya disaat kau mengirim pesan padaku? Ck. Ini gila.”
Kris pun menghapus pesan dari Jiyeon dan memilih untuk tidak
membalasnya.
“Oppa!” Kris refleks menoleh ke sumber suara.
“Yura? Sedang apa kau disini?” ternyata orang yang memanggil
Kris tadi adalah seorang gadis bernama Yura yang tak lain adalah adik kelas
yang sudah lama menyukai Kris.
“Aku sedang jogging. Oppa
sedang jogging juga ya? Ayo sekalian
sama-sama.” Tawar Yura.
“Ne? oh yasudah.”
Kris pun berlari-lari kecil mengikuti langkah Yura.
“Yura.” Panggil Kris.
“Ne, oppa?” jawab Yura.
“Apakah hari ini kau ada janji?” Tanya Kris.
“Tidak ada. Memangnya kenapa oppa?”
“Mau tidak, kau jalan denganku? Eumm.. nonton misalnya?”
Yura terkejut. Dia senang sekali diajak oleh Kris. Seorang
namja tinggi dan tampan mengajak dia untuk jalan. ‘Apakah Kris oppa suka
padaku?’ Tanya Yura dalam hatinya.
“Ne, oppa. Aku mau.” Jawab Yura dengan pipi bersemu merah.
“Ya… ada apa dengan pipi mu.. aigoo..” Tanya Kris.
“Tak apa, oppa! Hehe. Jam berapa kita berangkat?”
“Eum.. Jam 9? Kau bisa?”
“Bisa. Oppa, sudah jam 07.30. Aku pulang dulu ya. Mau
siap-siap. Annyeong oppaa..” kata Yura lalu pergi.
Kris melihat punggung Yura. “Mungkin kau bisa menggantikan
posisi Jiyeon di hatiku.” Gumam Kris. Pelan.
***
*TIN!! TIN!!!* ” suara klakson berbunyi di depan halaman rumah
Jiyeon.
“Sebentar Chanyeoool~~!!” teriak Jiyeon yang sedang memakai
sepatu.
“Ya!! Sampai kapan kau akan menalikan sepatu mu itu? Sudah
lewat dari jam 9!!” seru Chanyeol dari dalam mobil.
“Sudah selesai!” teriak Jiyeon. “Eomma!! Aku pergi sama
Chanyeol dulu ya!!”
“Ne!! Hati-hati. Jangan pulang larut malam, sayang..” jawab
ibu Jiyeon dari dalam rumah.
Jiyeon masuk ke dalam mobil Chanyeol.
“Kita mau kemana?”
“Nonton!” kata Chanyeol sambil menunjukkan 2 tiket bioskop.
Chanyeol tau kalau yang paling disukai Jiyeon adalah nonton.
“Waaa!! Daebak!! Ayo cepatt!!”
Chanyeol pun segera melajukan mobilnya.
***
“Oppa.. kita pesan popcorn yang mana?” Tanya Yura pada Kris.
Mereka sedang memesan cemilan untuk menonton film di bioskop.
“Eumm.. rasa caramel. Kau suka?”
“Itu kesukaanku, oppa. Ahjussi, satu popcorn caramel ukuran
besar ya!” pinta Yura pada Ahjussi penjual popcorn.
“Ne. Tunggu sebentar ya, nona.”
“Chanyeol. Kau mau popcorn yang mana?” Kris mendengar
kalimat itu disampingnya. ‘Seperti suara Jiyeon’ pikirnya. Kris menoleh ke asal
suara itu.
“Jiyeon??” sahut Kris kaget.
Jiyeon menoleh. “Gege? Kau? Bersama Yura? Mau nonton juga?”
Tanya Jiyeon. Ini kebetulan sekali.
“Hey hyung! Kita bertemu lagi!” seru Chanyeol riang memamerkan
deretan gigi putih nya.
“Haha.. iya..” tawa Kris. Garing.
“Ahjussi! Popcorn yang asin ya! Ukuran besar!” seru Jiyeon
pada ahjussi.
“Iya sebentar ya. Hey. Ini popcorn caramel ukuran besar
kalian sudah jadi.” Kata Ahjussi sambil memberi popcorn pada Yura.
“Ne, ahjussi. Ini uangnya.”
“Jiyeon-ah. Bukankah kau tidak suka popcorn rasa asin?”
Tanya Chanyeol.
“Dulu. Aku berlatih memakan popcorn asin. Kan kamu suka
popcorn asin.. hehe” jawab Jiyeon.
“Aigoo.. kau ini berlebihan sekali.” Kata Chanyeol mengacak
rambut Jiyeon.
‘Jiyeon, segitu besarnya kah kau mencintai Chanyeol? Sampai
kau rela berkorban melakukan hal yang kau tidak suka.’ Kata Kris dalam hati.
“Oppa, ayo kita masuk ke dalam.” Kata Yura pada Kris.
“Yura, kita masuk bersama saja.” Sahut Jiyeon.
“Benar juga ya. Biar rame. Hihi” Jawab Yura.
“Hei. Ini popcorn nya. Yang asin ukuran besar, kan?” sahut
ahjussi penjual popcorn tiba-tiba.
“Ahjussi, biar saya yang membayar. Ini uangnya.” Kata
Chanyeol sambil mengeluarkan uang dari dompetnya lalu mengambil popcorn.
“Kajja. Kita masuk!!” seru Jiyeon girang menggandeng lengan
Chanyeol.
Yura yang melihat Chanyeol dan Jiyeon, menggenggam tangan
Kris sambil tersenyum.
Kris yang merasa tangan nya digenggam oleh Yura hanya bisa
balik tersenyum pada Yura lalu masuk ke bioskop.
Tangan Kris dan Yura saling menggenggam. Tapi hati Kris
masih tergenggam oleh Jiyeon.
***
*Di dalam Bioskop*
“Wii.. film horror ya..” gumam Jiyeon.
Jiyeon disebelah Kiri Chanyeol. Lalu disamping kanan Jiyeon
ada Kris, lalu disamping Kris ada Yura.
“Oppa, aku takut.” Kata Yura pada Kris.
“Jangan takut. Ada oppa disini.” Jawab Kris sambil memegang
tangan Yura. Membuat merasa malu dan menimbulkan rona merah di pipi nya.
Sementara itu, Jiyeon melirik Yura dan Kris sedang
berpegangan tangan membuat Jiyeon merasa kesal. ‘Kris kakak ku! Dia milikku!’
begitu kata Jiyeon dalam hatinya. Ya, dia sangat menyayangi Kris. Sebagai kakak
tentunya.
Lampu seluruh bioskop dimatikan. Pertanda film akan segera
di mulai.
“Jiyeon-ah, kau tidak takut?” bisik Chanyeol pelan.
“Sedikit.” Jawab Jiyeon sambil menatap terus ke layar besar
itu.
Chanyeol hanya bisa mengagumi wajah serius Jiyeon. Dia
terlihat cantik ketika serius bagi Chanyeol.
“Bolehkah aku merangkul mu? Sampai film ini selesai?” Tanya
Chanyeol.
“Tentu saja boleh.” Jawab Jiyeon cepat. “Sekarang diam. Aku mau fokus nonton film
ini. Sayang kau bayar tiket mahal tetapi tidak di tonton.” Lanjut Jiyeon.
Chanyeol mengangguk menahan tawanya. Masih saja seperti
dulu, selalu perhitungan. Pikir Chanyeol. Chanyeol pun merangkul Jiyeon
sambil menonton.
Banyak orang teriak sana sini ketika hantunya muncul
tiba-tiba. Tak terkecuali Chanyeol. Namun, Jiyeon hanya sesekali bergumam,
“astaga.” “omo.” atau “aigoo.” ketika hantu itu muncul dan mengagetkannya. Itulah
Jiyeon.
Yura banyak sekali berteriak. Dan itu membuat Jiyeon kesal.
***
Film selesai. Lampu bioskop pun dinyalakan. Yura terlihat
pucat karena dia takut sekali dengan hantu-hantu yang tadi.
“Yura? Ayo kita keluar. Kau tidak apa-apa kan?” ajak Kris.
“Ne, oppa. Aku tidak apa-apa. Ayo.” Jawab Yura.
Sementara Jiyeon…
“Ya! Chanyeol! Lepaskan!! Omo! Kau tertidur?!” omel Jiyeon.
Chanyeol pun terbangun.
“Apakah filmnya sudah selesai? Hoamm..”
“Iya, yeol. Filmnya sudah selesai.” Jawab Kris.
“Ya, ayo kita makan.. aku lapar..” rengek Jiyeon pada
Chanyeol.
“Iya, sayang.. ayo.” Chanyeol pun bangkit dari tempat
duduknya. “Hyung, kau boleh ikut makan bersama kami. Ayo hyung! Biar rame!”
ajak Chanyeol.
“Ah, tidak usah. Aku mau mengantar Yura pulang..” tolak
Kris halus.
“Ah.. ne, hyung. Ayo Jiyeon. Kita makaaan!!” seru Chanyeol
lalu menarik Jiyeon keluar dari bioskop.
“Ayo, Yura. Kita pulang.” ajak Kris.
Yura mengangguk.
***
Kris dan Yura berada di dalam mobil. Menghadapi kecanggungan
yang amat sangat di antara mereka.
Sekarang ini mobil Kris terhenti di pinggir sungai Han.
Yura tidak tau apa yang akan dilakukan Kris.
“Yura.” Panggil Kris tiba-tiba.
“Apakah kau..” Kris menggantungkan kalimatnya. Membuat
jantung Yura berdegup kencang.
“Maukah kau jadi pacarku?” Tanya Kris.
Yura terkejut. Tapi senang. Akhirnya namja yang disukainya
sejak lama, memintanya untuk menjadi pacarnya hanya dalam sehari berkencan.
“Ne, oppa. Aku mau.” Jawab Yura malu-malu lalu langsung
memeluk Kris erat-erat. Kris pun membalas pelukan Yura.
Yura merasa bahagia. Namun tidak dengan Kris. Kris takut dia
adalah namja yang jahat. Sebab dia menjadikan Yura, hanya sebagai pelarian
sesaat.
***
-Keesokan harinya-
Pagi itu. Pagi yang sangat memalaskan bagi murid-murid di
Seoul. Ya, hari ini, hari Senin. Semuanya bermalas-malasan karna sekolah.
Kecuali Jiyeon. Dia sangat semangat pergi ke sekolah. Sebab Jiyeon akan di
jemput oleh Chanyeol.
“Huaah.. pagi ini pagi yang menyenangkan!” seru Jiyeon.
“Eomma, aku nanti berangkat bersama Chanyeol!” teriak Jiyeon
dalam kamar.
“Iya, sayang. Hati-hati.. ayo makan dulu.” Sahut eomma nya
di ruang makan.
“Oke, eomma.”
Jiyeon segera ke ruang makan.
“Eomma, aku makan roti selai stroberi aja ya.”
“Iya..” eomma Jiyeon pun menyiapkan roti pesanan Jiyeon.
“Ini.. sudah jadi.” Kata eomma Jiyeon sambil memberi roti pada Jiyeon.
“Gomawo, eomma!” Jiyeon pun melahap roti itu.
Setelah roti habis, Jiyeon segera memakai sepatu.
Disaat Jiyeon memasang sepatu..
*TIN!* “Jiyeon-ah. Ayo!” ternyata mobil Chanyeol sudah
datang.
“Eomma, aku berangkat dulu!” kata Jiyeon semangat.
***
Kris sedang berada di kantin. Dia bersama Yura. Entah kenapa
dipikiran Kris, Yura semakin kekanakkan, posesif, dan terlalu manja. Padahal
baru sehari berpacaran.
“Oppa! Kau kenapa?” Tanya Yura.
“Ah. Tidak ada apa-apa.” Jawab Kris.
“Oppa. Ada yang ingin aku katakan”
“Apa?” Tanya Kris.
“Aku tidak suka kau dekat-dekat dengan Jiyeon! Jangan dekati
dia lagi!”
Deg! Tidak bisa.. Kris tidak bisa menjauhi Jiyeon.
“Kenapa? Aku tidak bisa.”
“Aku cemburu!”
“Kenapa harus cemburu? Bukankah Jiyeon sudah memiliki
pacar?”
Yura terdiam.
Kris kesal karna sikap Yura seperti itu. Hah. Kalau Jiyeon tidak memiliki pacar, Kris pasti tidak akan bersama dia. Hubungan Kris Yura adalah keterpaksaan.
***
Hari demi hari telah berlalu. Begitu juga hubungan Kris
dengan Yura. Semakin hari, hubungan mereka semakin retak. Hampir setiap hari
mereka bertengkar. Kris tidak menemukan apa-apa dari Yura. Hatinya masih
terpaut oleh Jiyeon.
Itu semua membuat Kris muak.
“Yura. Sebaiknya kita akhiri saja semua ini.” Kata Kris.
Mendengar itu, Yura kaget. “Tapi oppa.. kenapa? Aku
mencintaimu..”
“Kau terlalu posesif dan manja. Dan aku tidak suka itu.
Sekali lagi maafkan aku. Permisi.”
***
Sepulang sekolah, Kris menemui Jiyeon di depan gerbang
sekolah.
Dia ingin mengatakan perasaannya pada Jiyeon. Hanya
mengatakan.
Sementara Chanyeol sedang berada di seberang jalan untuk
membeli minuman.
“Jiyeon-ah. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Tapi tolong
maafkan aku jika ini membuatmu tak nyaman.” Ucap Kris.
“Apa, ge?” Tanya Jiyeon pada Kris.
“Sebenarnya aku.. sayang sama kamu. Bukan sayang sebagai
adik, ya sayaang. Aku suka kau dari sebelum Chanyeol datang dari Jepang.”
Jiyeon menatap datar Kris. Pikirannya tidak bisa mencerna
langsung kata-kata yang Kris ucapkan.
Cukup terkejut saat dia mulai paham.
Cukup terkejut saat dia mulai paham.
“Hei!” teriak Chanyeol dari seberang. Jiyeon dan Kris
menoleh. “Aku sudah membelinya!!”
Chanyeol melangkahkan kaki.
Tiba-tiba sebuah mobil melaju dari arah samping
dan mau menabrak Chanyeol.
Kris yang melihat itu langsung berteriak, “Awas, Chanyeol!!”
Segera Kris berlari dan mendorong Chanyeol sekuat tenaga.
Lalu..
*BRUAKK!!*
“Akhh..” ringis Chanyeol. “Hyung!!!!!”
Kris tertabrak mobil. Kepalanya terbanting ke trotoar. Membuat banyak darah keluar dari kepala Kris.
Jiyeon berlari ke arah Kris. Sambil menangis, “Kris gege!!
Bertahanlah!! Kau kakakku harus bertahan.. bukankah kau ingin melindungi ku?”
rengek Jiyeon.
***
Terlihat ruangan serba putih.
“Kris gege.. bangun..” isak Jiyeon menatap Kris yang tertidur
kaku di atas ranjang rumah sakit.
Chanyeol menenangkan Jiyeon. Dia
masih shock dengan kejadian beberapa hari lalu.
Kris masih tak terbangun dari koma nya sejak ia tabrakan.
Dia mendengar semua apa yang dikatakan Jiyeon. Ingin rasanya Kris memeluk lalu
berkata, ‘aku baik-baik saja.’ Tapi itu semua tidak bisa. Tubuhnya terlalu
berat untuk melakukan semua itu. Bahkan untuk menggerakkan jari sekalipun.
Tiba-tiba Kris melihat secercah cahaya terang. Dan dari
cahaya itu, terdengar sayup-sayup suara.
“Kris.. tiba saatnya kau harus pulang.. ayo pulang..”
Kris terkejut. Lalu dia berkata, “Tapi.. bagaimana dengan
Jiyeon?”
“Dia akan bahagia bersama Chanyeol. Ini adalah pilihanmu.”
Kris pun berjalan mengikuti cahaya itu. Lalu hilang entah
kemana.
Sementara itu..
-TIT
TIT TIT TIT…………..…-
“Kris? Kris!! Gege!! Bangun ge!! Jangan tinggalkan aku!!”
“SUSTER! DOKTER!” teriak Chanyeol.
Lalu suster dan dokter pun masuk dengan tergesa-gesa.
Memeriksa tubuh Kris yang kaku.
“Maaf, saudara Kris sudah tiada. Maafkan kami..”
Jiyeon menutup mulutnya. Chanyeol terlihat terkejut. Lalu
segera memeluk Jiyeon yang hampir terjatuh.
Sungguh ini bukan keinginan Chanyeol. Dia juga menyayangi
Kris. Karna Kris sudah menjaga Jiyeon ketika Chanyeol tidak ada.
Selimut menutup wajah pucat Kris.
“Hyung, aku akan menjaga Jiyeon sampai aku kehilangan
segalanya. Bahkan sampai aku mati.” Kata Chanyeol pada Kris.
***
Tahun demi tahun berlalu. Jiyeon dan Chanyeol sudah menikah.
Mereka hidup bahagia dan dikaruniai seorang anak laki-laki yang baru lahir.
“Jiyeon, bukankah dia mirip Kris hyung?” Tanya Chanyeol
melihat anaknya.
“Iya. Alis dan hidungnya kelihatan mirip.”
“Matanya mirip kamu.” Kata Chanyeol.
“Telinganya mirip telingamu ya, haha” tawa Jiyeon.
“Terserah kau lah. Jadi nama dia siapa?”
“Park Chanji?” Tanya Jiyeon.
“Park Chanji Kris. Panggilan nya Kris. Bagaimana?”
“Okay! Haah.. jadi ingat Kris gege.. sedang apa ya disana..”
gumam Jiyeon.
“Yang pasti dia senang karna dia sudah tenang.” Kata
Chanyeol tersenyum sambil mengelus pipi Park Chanji.
***
Pilihan nya ada 2:
Membiarkan lelaki
yang dicintai wanita mu pergi (mati). Dan kau akan melihat wanitamu
menangis selamanya
Atau
Membiarkan dirimu pergi, dan wanita mu akan bersedih sebentar lalu dia
akan bahagia bersama lelaki yang dicintainya.
Dan aku memilih pilihan yang kedua.
***
Seorang cenayang sedang bercakap-cakap dengan arwah
seseorang yang sudah mati.
Cenayang :
Kenapa kau mati?
Arwah :
Aku menyelamatkan seseorang dari insiden kecelakaan.
Cenayang :
Kenapa kau melakukan itu?
Arwah :
Aku melakukan ini demi wanita yang kucintai.
Cenayang :
Sekarang kau sudah mati. Pasti wanita mu sedih.
Arwah :
Tidak. Dia sekarang berbahagia.
Cenayang :
Kenapa seperti itu?
Arwah :
Sebab aku menyelamatkan lelaki yang dicintainya.
THE END
Jelek yaaa.. huaaa;A; maaf ya kalau ada salah-salah kata.. minta comment.an nya plis yee. I love you all..
Jelek yaaa.. huaaa;A; maaf ya kalau ada salah-salah kata.. minta comment.an nya plis yee. I love you all..